Setting Up The Routines


"Rutinitas" yang terdengar monoton dan membosankan bagi saya adalah salah satu cara untuk menjaga (dan menghargai) diri sendiri. Saya percaya bahwa di balik setiap hal yang terlihat sporadis dari luar, ada sistem tertata yang menjaganya agar tetap seimbang. Prinsip itulah yang membuat saya menyukai kegiatan menyusun rutinitas dan menjalaninya dengan sepenuh hati.

Saya ingat, waktu SD hingga SMA saya menyusun jadwal harian hingga menit-menitnya. Jam sekian bangun, jam sekian melakukan ini, jam sekian melakukan itu. Jadwal-jadwal ini meskipun terkadang membosankan, berhasil membuat saya tetap pada jalur menuju tujuan saya (saat itu adalah masuk UI). Saya tetap menerapkan ini juga semasa kuliah meskipun sepanjang ingatan, tak seketat sebelum-sebelumnya. Hanya ada beberapa agenda wajib seperti membaca buku sekian lembar sehari, belajar sekian lama, dan seterusnya.

Rutinitas menjaga saya. Ketika segala sesuatu terasa salah, menyebalkan, dan  rasanya semesta sedang tidak mendukung, rutinitas adalah hal yang membuat saya tetap bertahan dan berfungsi selayaknya manusia normal pada umumnya. Ketika kehidupan biasa-biasa saja, rutinitaslah yang membuat saya terpacu untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Ketika hidup rasanya lancar dan cenderung menyenangkan, rutinitas ini juga yang menjadi koridor agar saya tetap fokus pada tujuan.

Tentu saja ada masa-masa bosan (atau terlanjur nyaman dengan kehidupan?) yang membuat saya tak sengaja keluar dari komitmen menjaga rutinitas yang baik. Terkadang  saya keluar terlalu jauh dan akhirnya merusak diri sendiri hehe mulai dari yang sederhana seperti 3 jam berlalu hanya diisi bermain Candy Crush sampai yang fatal seperti 'mengurusi urusan orang lain'. Di beberapa kesempatan, saya segera menyadari lalu buru-buru menata kehidupan harian kembali agar diisi dengan yang baik-baik saja. Tapi tak jarang juga saya terlalu lemah untuk 'sadar'. Beruntung Pak Dena sering mengingatkan meskipun mungkin tak sengaja. Melalui pertanyaan "Kamu sudah lama ga baca buku?", misalnya. Tentu saja saya akan ngeles ini-itu sebagai pembenaran sudah lama tidak membaca. Namun dalam hati diam-diam saya mengevaluasi hari-hari saya ke belakang. Lebih banyak diisi oleh hal baik atau hal yang tak berguna? Lebih banyak memperbaiki diri atau mengurusi orang lain?

Menyusun rutinitas, seperti judul unggahan ini, bagi saya bukan sekedar tentang memiliki kegiatan sama yang dilakukan setiap hari. Namun lebih kepada memilih dengan cermat hal baik apa saja yang ingin dilakukan secara rutin agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Tidak perlu hal yang besar, cukup hal sederhana yang dapat memperbaiki kualitas hidup kita (dan semoga hidup orang-orang di sekitar kita). Rutinitas sederhana semacam memasukkan laundry tepat waktu, meninggalkan kamar dalam keadaan rapi, menjaga meja kerja tetap bersih, dapat mempengaruhi suasana hati. Rutinitas yang butuh usaha lebih seperti membaca buku, konsisten menulis/membuat vlog/podcast, berdiskusi dan berargumen dengan sehat, dapat menjadi pengaya dalam hidup. Yang penting adalah pilih kegiatan yang (meminjam istilah Marie Kondo) sparks joy, dengan begitu di akhir hari kita akan merasa 'content/satisfy'.

Disclaimer:
Unggahan ini saya tulis sebagai pengingat bagi diri sendiri. Semoga setelah ini tidak ada lagi hal sia-sia (atau malah merugikan) yang dilakukan karena terlalu terlena dengan zona nyaman. Semoga selalu bisa mindful terhadap hal-hal yang dijalani. Amin.

22:33 WIB
Di kamar kos di lantai 3
Jakarta

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Back
to top